Jumat, 10 Agustus 2012

In The Sea Of Lonely Part 3 When The War Begins

Akhirnya aku terbangun dari mimpi buruk tersebut. Tak kusadari aku terjebak dijalan pikiranku belakangan ini. Sembari berbaring dipadang rumput nan hijau, aku memandang kelangit, apakah yang akan terjadi selanjutnya terhadap diriku? Setelah didera siksa dan derita yang mengakibatkanku terdampar dipulau ini? Akankah semua harapanku tuk selamat dan mendapatkan kehidupanku kembali kan terwujud? Atau akankah semua ini sirna dikarenakan aku tak bisa melakukan apapun tuk keluar dari jurang kesedihan dan terjebak dipulau tak berpenghuni ini? Semua pertanyaan ini, masih menaungi pikiranku saat ini. Memang dalam kehidupan nyata aku mencintai seorang gadis, tetapi ia belum seutuhnya menjadi milikku, ia adalah sahabat baikku, aku sangat mencintainya, tetapi lagi dan lagi aku mencintai orang yang salah. Dikarenakan ia telah memiliki seseorang sebelum mengenalku. Tetapi aku merasa akulah yang terbaik dibandingkan lelaki tersebut, bukan hanya rasa percaya diriku sangat tinggi terhadap ini semua, tetapi perasaan diantara kitalah yang membangun tembok kokoh tuk tetap selalu tegar menghadapi segala cobaan dan ujian yang akan kami lalui nanti. Tetapi apa boleh buat, aku tak bisa melakukan apapun lagi, Semenjak ia semakin menjadi sosok misterius, bukan seperti dia yang ku kenal sebelumnya. Semua telah berlalu, hari berganti, dan jarum jam tetap berputar mengintari porosnya, siang berganti malam, dan bulanpun digantikan oleh terbitnya matahari. Ia semakin mencintaiku dan aku menanyakan apakah ia mau menjadi bagian hidupku seutuhnya, dan jawabannya ia mau menjalani hidup denganku kedepannya.

Sebulan sebelum aku terdampar dipulau ini, kita merencanakan tuk melakukan liburan dimana telah menjadi tempat favorit kita yang kerap kita perbincangkan sebagai buah bibir. Kita telah merencanakan beberapa hal untuk kedepannya, tanpa terlewatkan sedikitpun, kita berhasil mencontreng semua list yang akan dibawa sebagai perbekalan kami. Tetapi semua tak berjalan sesuai rencana semenjak negara api menyerang, eh. Aku ditugaskan tuk melakukan sebuah misi menjinakkan bom waktu yang tertanam ditengah ibu kota, lalu aku dan teman seperjuanganku pergi meninggalkan kota dimana tempat terindahku bisa kenal, bertemu dan menjadi bagian hidupnya. Hari ini seharusnya aku dan dia pergi berlibur, tetapi misi ini memaksa kami tuk menunda ini semua. Disaat pesawat tempur kami lepas landas yang bertipe herkules, ditengah perjalanan pada ketinggian 500 kaki diudara, ternyata ada penyusup membajak pesawat kami. Dikala kami sedang berbincang mengenai senjata dan perencanaan terhadap penyelesaian misi ini, 4 orang datang menghampiri kami dan menodongkan senjata Ak-47. Senjata ini kerap dipakai oleh terorist, senjata ini berasal dari kolombia, bertipe assault rifle, satu klip pelurunya berisi 30 peluru, dan sangat mematikan.

Mereka mulai menembakkan senjatanya membabi buta, dari 9 orang anggotaku hanya 3 yang selamat serta berhasil membunuh 3 diantara 4 orang terorist tersebut. Orang terakhir membunuh pilot dan menyebabkan pesawat hilang kendali, temanku tertembak lehernya dan sekarat, serta temanku lainnya menghampiri tempat dimana pilot kami mati dan orang terakhir sebagai pembajak pesawat kami. Ia berkata, “Pergilah, selamatkan dirimu, aku akan mengatasi dia, lalu kamipun berpisah, aku berlari kebelakang, tanpa kusadari, terorist tersebut menembak bagian sayap, lalu ia juga berkelahi menggunakan pisau dengan temanku. belum sempat aku memakai parasut, pesawat tersebut meledak dan melemparku jauh kelaut, aku tidak mengetahui apakah temanku selamat dari peristiwa tersebut. Bagai meteor jatuh kepermukaan bumi, aku pingsan karena kehabisan nafas dalam ketinggian 500 kaki. Serta disaat kuterbangun dari pingsanku pada ketinggian 250 kaki,  aku terbang menghampiri patahan sayap pesawat. Yang akan aku gunakan sebagai pelindung tubuhku dikala akan terhempas kepermukaan air laut. 3 jam setelah itu aku terbangun, dan tak kusadari, tanganku terluka akibat peristiwa tersebut.


Satu minggu sudah aku terdampar dipulau tersebut. Aku sangat terkejut, dari jauh aku melihat seperti ada manusia mengapung tak jauh dari pulau tempatku berada, aku berenang mendekatinya, dan aku terkejut, ternyata itu temanku, lalu aku membawanya kepulau tak berpenghuni tersebut. Aku mengobati lukanya akibat ledakan. Setelah siuman, ia berterima kasih kepadaku, dan menceritakan semua kronologi yang ia alami. Ternyata, disaat pesawat itu meledak, ia masih berusaha tuk mengendalikan laju pesawat yang menukik secara drastis setelah mengalahkan terorist tersebut. Ia beruntung, masih bisa memakai terjun payung 10 menit disaat pesawat itu akan menghantam daratan. Ia terjun dan tersangkut didahan pohon. Ia ditolong warga sekitar, ia disana 1 minggu tinggal bersama mereka. Tanpa jaringan komunikasi atau media apapun yang bisa membantu. Sayangnya rombongan terorist dari 4 orang tersebut menyerang desa itu, ia membawa busur panah dimana biasa dipakai untuk memburu babi serta rusa. Ia menghabisi musuhnya satu persatu dibantu warga sekitar, tetapi dia kalah jumlah, tinggal bertiga lalu ia berlari mendekati pantai, dan memakai rakit tuk menjauhi pulau tersebut. Sementara kedua temannya menahan amarah gerombolan perompak tersebut. Ia menjauhi pulau dan sayangnya ia belum berlayar terlalu jauh. Sebuah peluru RPG ditembakkan kearahnya, dan rakitnya hancur berkeping-keping lalu ia pingsan dan tak sadarkan diri, setelah itu aku datang menyelamatkanya.

Lalu aku mencerintakan apa yang aku alami, tentang cahaya putih wanita pujaanku. Ia berkata, mungkin semua ini adalah teka-teki, yang harus dipecahkan kita harus berbuat terbaik dan pantang menyerah tuk keluar dari semua ini. Akankah kita bisa? Semua tergantung pada kita.

Akankah wanita tersebut datang dan membimbing mereka tuk bisa melalui masa sulit yang mereka derita bagai hujatan peluru tiada hentinya? Bersambung...  ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate