Kamis, 09 Agustus 2012

In The Sea Of Lonely Part 2 In The Shadows

Kawanan burung menghiasi langit senja pada saat ini, terlihat pancaran sinar matahari berangsur angsur menghilang, digantikan dengan indahnya bulan sabit muncul dari ufuk barat dari tempatku berpijak sekarang. Tanpa pikir panjang, kuberjalan mengelilingi pulau tuk mencari kayu bakar tuk membuat badanku sedikit lebih hangat dan mencari air kelapa muda tuk mengobati lukaku serta menghilangkan dehidrasi yang kuderita. Semakin larut malam, dan semakin sunyi keadaan yang kurasakan, kumasih mengharapkan adanya kapal nelayan sekitar atau penduduk lokal melewati pulau tak berpenghuni yang kudiami sekarang, semakin tak tertahankan rasa lapar yang kuderita, ku keluar dari tempat tinggalku sementara, terbuat dari atap berasalkan dari daun pohon kelapa yang sudah mengering termakan usia, serta batok kelapa sudah terbelah kujadikan sebagai alas kepalaku. Kumengintari pulau tersebut berharap mendapatkan sesuatu yang bisa kumakan.  Tiba tiba saja sebersit cahaya melewati diriku, lagi dan lagi itu dia. Dengan berjalan tertatih-tatih aku masih mencoba tuk mengikutinya, ternyata dia menuntunku kepada sumber makanan disana, dan kemudian dia menghilang dalam pekatnya langit malam. Sungguh aneh, pikirku, tetapi apa boleh buat, aku mendatangi tempat tersebut, lalu membuat api unggun dengan percikan dua batu dan memakan waktu cukup lama tuk menyalakan sepercik api, lalu aku dengan lahap menyantap ikan ikan tersebut.


Setelah perutku terisi dengan makanan yang masih mempertahankan hidupku malem itu, aku kembali ketempat dimana aku bisa mencari ketenangan dan tertidur lelap diantara semak belukar serta suara deburan ombak menghantam karang. Ketika fajar telah tiba, matahari terbit dari ufuk timur dengan indahnya, belum pernah aku melihat pemandangan seindah ini sebelumnya, serta diiringi dengan kicauan burung dengan suara nan merdu sebagai alaram yang membuatku terjaga dari tidurku dan sisa mimpiku tadi malam, Semakin terang langit pagi ini, sinar matahari menghangatkan tubuhku, lalu kubergegas berlali ketepi pantai, tuk mencari pertolongan dan keluar dari pulau sunyi ini. Lagi dan lagi, harapan kosong menaungi diriku dipagi ini, tetapi kutertegun dikala kusedang berlutut meminum air laut, cahaya tersebut menghampiriku dan berkata “ Hey, semangatlah sayang, kamu pasti bisa melalui masa sulit ini, sama seperti engkau mempertahanku diantara semua masalah yang kualami, kumendapatkan semangat tuk melalui itu semua, aku yakin kamu bisa, aku kan membimbingmu tuk melalui ini semua sayang”. Dan sekejap cahaya itu hilang kembali. Aku berpikir sejenak, aku pernah berkata kepada dia, aku kan selalu mempertahankanmu dalam situasi apapun, dalam hidup dan matiku, semua ini membuatku semangat kembali dan kuberdiri tegak disisi tertinggi pulau ini, memasang bendera putih yang terbuat dari bajuku sendiri lalu kuberlari lagi mengintari tiap sudut pulau tersebut tuk menandakan bahwa aku sedang membutuhkan pertolongan tuk bertahan hidup.



Matahari tepat berada diatas kepalaku, angin pantai membuatku merasakan rasa kantuk tak tertahankan, dan akupun tertidur lelap dibawah pohon kelapa. Dalam mimpiku kukembali bertualang lagi, aku menemukan cahaya tersebut sebagai sosok utuh seorang gadis kesayanganku, kita berada ditengah padang rumput serta dia datang menghampiri yang tengah sekarat setelah terhunus pedang didadaku setelah mempertahankan nyawanya dari kawanan pembunuh. Aku bangga telah melakukan ini untukmu sayang, ucapku padanya dengan nafas berat. Dia menjawab dengan air mata diwajahnya “aku tak mau kehilanganmu sayang, aku lebih baik mati, apa yang bisa kulakukan tanpamu? Untuk apa hidupku kedepannya? Lebih baik aku mati dan kita masih bersama dialam sana. Aku tersenyum dan meraih wajahnya dengan tanganku yang berlumuran darah, lalu aku berkata, lanjutkanlah sayang, aku menginginkan melihatmu bahagia dari alam sana, jalan hidupmu masih panjang, tetapi berjanjilah satu hal padaku, engkau takkan pernah melupakanku dari hidupmu walau sedetikpun, aku sangat bersedih, aku tak bisa melanjutkan rencana kita tuk berbulan madu, serta aku tidak bisa melindungimu lagi dikemudian hari, badanku telah hancur, tulangku telah patah, darahku telah habis, dan jantungku semakin melemah, tak bisa kumelanjutkan kehidupan bersamamu lagi didunia ini, tetapi arwahku kan selalu menjagamu dan bersamamu dimanapun engkau berada, bagai bayangamu yang tak pernah lelah mengikuti langkah kakimu berjalan didunia ini. Dengan tangisan terisak dia menjawab semuanya, “Terima kasih pangeranku, engkau segalanya bagiku, engkau telah melakukan yang terbaik hingga nafas terakhirmu untukku, aku kan mengabadikan namamu dihatiku, aku tak perduli seperti apa aku nanti, tanpamu aku berusaha sekuat tenaga menahan rasa kesedihan dan melanjutkan hidup ini seperti sedia kala, tanpamu kutak berarti apa-apa lagi, aku kan mendoakanmu yang terbaik dikala kereta kencana telah sampai mengantarkanmu kelama baka, ini adalah saat yang paling menyedihkan dalam hidupku, aku masih tak percaya, aku kan kehilangan canda tawamu serta perhatian serta rasa kasih sayang yang tak pernah bosan engkau berikan kepadaku, aku saat ini masih berusaha tuk menyadari, bahwa ini adalah kenyataan pahit yang menaungi diriku, aku bangga padamu sayang, aku bangga menjadi bagian hidupmu.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?akankah semua pengorbanan ini kan menjadikan gadis tersebut sebagai pribadi yang kuat tanpa seorang pangeran sebagai pelindung dan penyemangat hidupnya? Akankah ia menjalani hari-harinya kelak menjadi seorang yang tegar menghadapi segala cobaan dan rintangan kehidupan? Atau akankah ia menjadi seorang dimana tak lagi memiliki semangat hidup, dan meratapi serta menyesali dan berharap mendapatkan kebahagiaan dalam hidup tanpa berbuat sesuatu? Bersambung….

2 komentar:

Translate