Setelah
perutku terisi dengan makanan yang masih mempertahankan hidupku malem itu, aku
kembali ketempat dimana aku bisa mencari ketenangan dan tertidur lelap diantara
semak belukar serta suara deburan ombak menghantam karang. Ketika fajar telah
tiba, matahari terbit dari ufuk timur dengan indahnya, belum pernah aku melihat
pemandangan seindah ini sebelumnya, serta diiringi dengan kicauan burung dengan
suara nan merdu sebagai alaram yang membuatku terjaga dari tidurku dan sisa
mimpiku tadi malam, Semakin terang langit pagi ini, sinar matahari
menghangatkan tubuhku, lalu kubergegas berlali ketepi pantai, tuk mencari
pertolongan dan keluar dari pulau sunyi ini. Lagi dan lagi, harapan kosong
menaungi diriku dipagi ini, tetapi kutertegun dikala kusedang berlutut meminum
air laut, cahaya tersebut menghampiriku dan berkata “ Hey, semangatlah sayang,
kamu pasti bisa melalui masa sulit ini, sama seperti engkau mempertahanku
diantara semua masalah yang kualami, kumendapatkan semangat tuk melalui itu
semua, aku yakin kamu bisa, aku kan membimbingmu tuk melalui ini semua sayang”.
Dan sekejap cahaya itu hilang kembali. Aku berpikir sejenak, aku pernah berkata
kepada dia, aku kan selalu mempertahankanmu dalam situasi apapun, dalam hidup
dan matiku, semua ini membuatku semangat kembali dan kuberdiri tegak disisi
tertinggi pulau ini, memasang bendera putih yang terbuat dari bajuku sendiri
lalu kuberlari lagi mengintari tiap sudut pulau tersebut tuk menandakan bahwa
aku sedang membutuhkan pertolongan tuk bertahan hidup.
Matahari
tepat berada diatas kepalaku, angin pantai membuatku merasakan rasa kantuk tak
tertahankan, dan akupun tertidur lelap dibawah pohon kelapa. Dalam mimpiku
kukembali bertualang lagi, aku menemukan cahaya tersebut sebagai sosok utuh
seorang gadis kesayanganku, kita berada ditengah padang rumput serta dia datang
menghampiri yang tengah sekarat setelah terhunus pedang didadaku setelah
mempertahankan nyawanya dari kawanan pembunuh. Aku bangga telah melakukan ini
untukmu sayang, ucapku padanya dengan nafas berat. Dia menjawab dengan air mata
diwajahnya “aku tak mau kehilanganmu sayang, aku lebih baik mati, apa yang bisa
kulakukan tanpamu? Untuk apa hidupku kedepannya? Lebih baik aku mati dan kita
masih bersama dialam sana. Aku tersenyum dan meraih wajahnya dengan tanganku
yang berlumuran darah, lalu aku berkata, lanjutkanlah sayang, aku menginginkan
melihatmu bahagia dari alam sana, jalan hidupmu masih panjang, tetapi
berjanjilah satu hal padaku, engkau takkan pernah melupakanku dari hidupmu
walau sedetikpun, aku sangat bersedih, aku tak bisa melanjutkan rencana kita
tuk berbulan madu, serta aku tidak bisa melindungimu lagi dikemudian hari,
badanku telah hancur, tulangku telah patah, darahku telah habis, dan jantungku
semakin melemah, tak bisa kumelanjutkan kehidupan bersamamu lagi didunia ini,
tetapi arwahku kan selalu menjagamu dan bersamamu dimanapun engkau berada,
bagai bayangamu yang tak pernah lelah mengikuti langkah kakimu berjalan didunia
ini. Dengan tangisan terisak dia menjawab semuanya, “Terima kasih pangeranku,
engkau segalanya bagiku, engkau telah melakukan yang terbaik hingga nafas
terakhirmu untukku, aku kan mengabadikan namamu dihatiku, aku tak perduli
seperti apa aku nanti, tanpamu aku berusaha sekuat tenaga menahan rasa
kesedihan dan melanjutkan hidup ini seperti sedia kala, tanpamu kutak berarti
apa-apa lagi, aku kan mendoakanmu yang terbaik dikala kereta kencana telah
sampai mengantarkanmu kelama baka, ini adalah saat yang paling menyedihkan
dalam hidupku, aku masih tak percaya, aku kan kehilangan canda tawamu serta
perhatian serta rasa kasih sayang yang tak pernah bosan engkau berikan
kepadaku, aku saat ini masih berusaha tuk menyadari, bahwa ini adalah kenyataan
pahit yang menaungi diriku, aku bangga padamu sayang, aku bangga menjadi bagian
hidupmu.
Apakah yang
akan terjadi selanjutnya?akankah semua pengorbanan ini kan menjadikan gadis
tersebut sebagai pribadi yang kuat tanpa seorang pangeran sebagai pelindung dan
penyemangat hidupnya? Akankah ia menjalani hari-harinya kelak menjadi seorang
yang tegar menghadapi segala cobaan dan rintangan kehidupan? Atau akankah ia
menjadi seorang dimana tak lagi memiliki semangat hidup, dan meratapi serta
menyesali dan berharap mendapatkan kebahagiaan dalam hidup tanpa berbuat
sesuatu? Bersambung….
Itu hey" nya nggeganggu
BalasHapus:D
BalasHapus