Senin, 04 Juni 2012

Hopefully, I can Learn Something from That

Sungguh tak terduga, aku melakukan kesalahan yang telah dilakukan oleh saudaraku sebelumnya. Aku tidak menghiraukan larangan orang tuaku untuk tidak pergi meninggalkan rumah. Aku memaksakan kehendakku, pergi dari rumah dengan izin setengah hati dari orang tuaku. karena perasaanku sudah tidak enak, akupun mengenakan jaket yang telah dilengkapi oleh protektor, bisa juga dibilang semi wearpack lalu bergegas pergi. Pada pukul enam sore tepatnya tanggal satu juni 2012, aku meluncur kejalanan yang telah dibasahi oleh guyuran hujan. Pada saat itu aku berencana tuk berkumpul dengan beberapa teman dan memberikan kejutan ulang tahun sesuai rencana kita sebelumnya tepatnya pada tanggal dua juni ia akan berulang tahun. Ia sudah tidak berkuliah lagi ditempat dimana aku menuntut ilmu saat ini. Aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada saat itu, tapi entah mengapa aku tidak mampu tuk menyimpulkan sumber dari kegundahan tersebut. Tetap saja aku berusaha tuk menghiraukan firasat buruk tersebut. Selepas kita bersenda gurau, aku bersama salah seorang teman melakukan beberapa putaran dijalan dimana jalanan tersebut sebelumnya telah aku rancang sebagai simulasi sirkuit dengan diperkuat oleh teori dan tata cara agar tidak mengganggu pengendara lain. Kita berdua memacu motor sampai batas maksimal selama tiga putaran. Semua tidak berjalan sesuai harapan, kegundahan semakin menyelimuti pikiranku. Setelah mengelilingi simulasi sirkuit itu selama tiga putaran, aku sama sekali tidak merasa puas dan bangga atas manuver nekat yang telahku lakukan pada saat itu. Tidak ada satupun hal patut dibanggakan dari simulasi balapan tersebut yang biasa kita lakukan pada malam hari dan semuanya sungguh mengecewakan. Aku merasa sedikit kecewa karena beberapa lap tersebut hanya menghabiskan bahan bakar saja. Ketika memasuki tikungan, terlalu banyak pengguna jalan  mengacaukan jalur saya dan sempat menyulut emosi saya. Tetapi setelah saya fikirkan kembali, ini jalanan umum,bukan sirkuit hehehe :D. Selepas beberapa lap pemanasan tersebut, kita mengambil kue ulang tahun yang telah dipesan sebelumnya lalu akan kita berikan sebagai kejutan ulang tahun yang rencananya akan kita berikan saat tengah malam. Sepulang kita mengambil kue, aku berusaha melawan firasat buruk yang menghantui pikiranku dari awal aku menginjakkan kaki diluar rumah hingga saat ini. Ada bisikan pelan ditelinga memperingatkanku bahwa aku harus lebih berhati hati malam ini tetapi aku tidak menghiraukannya sama sekali. Karena pada malem itu, adrenalinku sedang berada dipuncaknya. Aku tidak sabar tuk kembali melatih kebiasaanku pada malah hari melakukan cornering atau simulasi balapan. dikarenakan sejak tahun 2004 aku sudah menyukai balapan motogp dan semenjak dikota inilah baru kesampaian untuk berlatih dan menjalankan simulasi balapan secara sempurna walaupun aku diPalembang telah melakukannya dengan fasilitas yg minim. Aku melakukan manuver seperti biasa, sesaat memasuki tikungan high speed corned (tikungan dengan kecepatan tinggi) aku melaluinya tanpa melakukan kesalahan sedikitpun.


Aku semakin bersemangat menghadapi tikungan selanjutnya. Hanya bermodalkan rasa percaya diri, aku memacu motor sampai batas maksimal walaupun aku belum pernah mengetahui permukaan aspal pada tikungan tersebut secara mendetail. tanpa pikir panjang, aku melakukan manuver nekat ditikungan lalu hard braking, atau bisa dibilang titik paling ujung pengereman yang memaksa motor mengurangi kecepatannya secara drastis pada batas akhir tempat pengereman. Orang yang memiliki kebiasaan tersebut mendapatkan julukan "Late Braker".

dibalapan motogp, hal ini dilakukan untuk mengambil alih atau mempertahankan posisi dengan sudut sempit dan dengan perhitungan yang tepat disaat melakukannya agar tidak melakukan kesalahan dan pastinya akan berakibat fatal. Pada saat memasuki tikungan (corner entry) aku melakukannya dengan baik. Menikung serendah mungkin hingga hampir mengenai aspal. Pada saat berada dipertengahan tikungan, ban belakang seperti berusaha mendahului ban depan. Dalam dunia balap motor, hal ini disebut “Sliding”. Sliding berlebihan ini mengharuskanku tuk menjaga keseimbangan disaat posisi motor dalam posisi rebah. Aku berusaha semampu dan sebisa mungkin untuk tetap berada pada (racing line) jalur dan menghindari melebar karna akan sangat membahayakan apabila ada pengguna jalan yang datang dari sisi lain dan akan berpeluang kecelakaan apabila aku tidak bisa menjaga keseimbangan dan mempertahankan ritme motor. Sayangnya, usaha kerasku menuai kegagalan. Disaat aku berusaha menjaga keseimbangan ban belakang yang telah diluar kendali, aku membuka (throttle) gas sedikit berlebihan. Kalo dalam kondisi normal hal ini akan menjadi manuver berbahaya dan penuh tantangan. Mengingat sliding menggunakan motor bebek pada tikungan dengan permukaan menanjak sangat sulit, karena pemindahan bobot berat pada motor bebek tidak akan seimbang seperti motor sport. Aku tidak menyadari bahwa permukaan aspal pada tikungan tersebut tidak rata dan bergelombang. Aku langsung kehilangan keseimbangan dan terhempas kejalanan lalu terseret dengan kaki kanan terjepit motor kurang lebih sejauh setengah meter. Apabila ini tikungan datar dengan permukaan aspal yang normal, mungkin sudah terseret lebih jauh lagi. Untungnya permukaan tikungan ini menanjak, jadi  tidak terseret terlalu jauh. Kaki kananku terjepit dan terseret motor diaspal dingin pada malem itu. Disaat kejadian ini berlangsung aku berpikir cepat dan membuka throttle gas maksimal agar kaki kananku masih bisa terselamatkan. Throttle gas membantuku menaikkan kecepatan motor dan mengubah arah jatuhnya motor. Aku merelakan kaki kiriku terseret sesaat lalu berhenti. Setelah kecelakaan tersebut usai, secepatnya bangkit dari tempatku berada dan secara bersamaan aku menegakkan kembali motor kesayanganku yang kuberi nama “Desmo”. Bagian samping, spidometer pecah, dan bagian depan telah hancur lalu aku menuntunya kepinggir jalan. Untungnya pada kejadian itu seperti yang telah ku lakukan sebelumnya, sesaat sebelum memasuki tikungan aku memperhatikan berbagai sisi jalan apakah akan ada apakah ada pengguna jalan lain akan melewati jalan tersebut. Jadi aku hanya mengalami kecelakaan tunggal, tanpa melibatkan pengendara lain. Hal ini akan sangat membahayakan mereka apabila aku melakukan kesalahan kecil atau kehilangan sedikit konsentrasi yang akan berakibat fatal baik itu untukku atau pengguna jalan lain. Aku sedikit shock selepas kecelakaan itu ,tetapi insting membalap dan adrenalinku pada malam itu tidak menghentikanku sedikitpun untuk beraksi kembali melakukan manuver indah ditikungan selanjutnya. hahaha....bisa dibilang aku sudah kehilangan sedikit akal sehatku pada malam itu. Aku langsung tancap gas dan melanjutkan perjalanan lalu dipertengahan jalan aku baru menyadari bahwa step motor untuk menaikkan gigi menjorok keatas dan menyebabkan aku tidak bisa memacu motor sampai batas maksimal. Sepanjang jalan aku bersikeras dan masih berusaha untuk mempertahankan kecepatan motor malam itu. Sesampainya dikampus setelah kejadian itu, beberapa teman baikku yang mempunyai rasa solidaritas tinggi, mereka membantuku mengobati luka ditubuhku dan kembali membangkitkan semangatku pasca kecelakaan tersebut. Ini semua merupakan keputusanku dan aku harus menerima resikonya merasakan kesakitan akibat terkoyaknya kulitku. Rasa percaya diriku terombang ambing Setelah kejadian itu. Konflik dalam pikiranku masih saja terus terjadi….


Selanjutnya aku dan temanku lainya menjalankan rencana kita memberikan kejutan ulang tahun ulang. Alhasil semua berjalan lancar sesuai rencana walaupun aku mengalami kecelakaan pada malam itu. Dengan senyuman lepas diraut wajahku tanpa menghiraukan rasa sakit yang kuderita rencana pemberian kejutan tersebut berjalan lancar. Selepas acara tersebut, aku kembali menaiki tungganganku desmo. Aku berusaha untuk merasakan apa saja yang sudah menjadi tidak beres selepas kecelakaan tersebut selain kerusakan pada fairing dan bagian depan motor. Tetapi aku berlagak seperti tidak habis kecelakaan, aku kembali melakukan manuver nekat dijalanan karna adrenalin dan semangatku masih membara tuk kembali melakukan kegilaan dijalanan lagi :D. Aku melakukan manuver pada tikungan high speed corner kiri. Aku memacu motorku dengan cepat tetapi tidak sampai batas maksimal. Sekalian aku berusaha tuk memastikan apakah kondisi ban belakang pada saat itu sudah bisa digunakan lagi untuk bermanuver dijalanan,tepatnya ditikungan. Selepas tikungan tersebut, langsung dibalas oleh high speed corner kanan. Setelah dua high speed corner telah dilalui, tikungan favoritku sudah berada didepan mata. Temanku masih membuntuti dibelakang selepas acara tadi karna kita bertujuan ketempat yang sama. Ia berkata kepadaku sebelumnya kalo aku masih tidak kapok melakukan manuver berbahaya lagi selepas kecelakaan pada malam itu. Lalu akhirnya aku memasuki tikungan favoritku yang disebut juga sebagai tikungan buta (blind turn). Blind turn adalah tikungan dimana disaat kita melakukan manuver ditikungan tersebut, kita tidak bisa melihat apa yang akan terjadi diluar tikungan. Temanku sudah mempunyai firasat buruk tentang apa yang akan ku lakukan selanjutnya. Sama halnya dengan yang kurasakan, firasat buruk selepas pergi dari rumah hingga saat ini masih menghantui pikiranku. Disaat memasuki tikungan buta ini, aku merasa  melakukannya dengan baik walau aku baru kecelakaan malem itu. Dengan rasa percaya diri yang tinggi bahwa aku akan masuk dan keluar tikungan masih tetap berada pada racing line dengan bersih dan indah melakukannya. Aku bermanuver seperti biasa yang aku lakukan sebelumnya. Aku tidak menghiraukan sama sekali bahwa kondisi motorku sudah dalam keadaan tidak sehat. Karna terlalu percaya diri menyebabkan aku kehilangan cengkraman ban depan lagi dan lagi kaki kananku terbanting keras dan terjepit motor bahkan lebih parah kondisinya dikarenakan aku telah mengalami hal yang tersebut pada malem yang sama. Aku semakin memperburuk kondisiku saat itu.

Membuat kesalahan itu wajar. Mengulangi kesalahan yang sama adalah pilihan.

Disaat terjatuh aku merasa heran. Sambil tiduran dijalan,aku memandang kelangit, dalam hati aku berbicara sendiri”Salah ku pada saat dimana?? Perasaan aku bersih mainnya, dari corner entry sampai exit, aku merasa melakukannya dengan sempurna….” Setelah saya terbebas dari lamunan tersebut, aku baru sadar,bahwa aku tidur ditempat yang salah, ditengah jalan raya :D. Tanpa pikir panjang, aku langsung pindah kebahu jalan, duduk dan menghela nafas sejenak setelah melalui dua kecelakaan beruntun pada satu malam. Aku melihat teman temanku membantu menaikkan motorku dan dibantu oleh beberapa warga sekitar tempat kecelakaanku. Keadaan fisik dan motorku semakin bertambah parah pasca kecelakaan kedua itu. Tempurung lututku serasa ditimpa batu besar dan sangat keras, Aku sempat tidak bisa merasakan kaki kananku beberapa saat.


Aku sempat merasakan dan berpikir,bahwa kaki kananku sudah mengalami keretakan tulang atau semacamnya. pikiranku semakin terbalut oleh emosi karna aku mengalami dan mengulangi kesalahan yang sama pada satu malam. Rasa percaya diri dan keberanianku hampir menghilang tuk melakukan hal ini kembali karna tempatku mengalami kecelakaan kedua ini merupakan tikungan favoritku. Butuh waktu tuk mengembalikan rasa percaya diri tersebut. Sepanjang jalan aku menahan rasa sakit sambil memperhatikan desmo kesayanganku ditunggangi oleh temanku karna ia melarangku tuk kembali menaikki motorku. Ia berpendapat bahwa aku bisa saja kembali terjatuh apabila masih nekat melakukan manuver ditikungan, karna saat itu keadaan motor kesayanganku, desmo sudah tidak menjanjikan tuk dipakai beraksi kembali. Setengah perjalanan lagi menuju kerumahnya dan sudah sangat larut tuk kembali kerumah, aku memutuskan tuk berlamam dirumahnya. Sepanjang perjalanan, aku memperhatikan secara terus menerus, betapa sengsaranya kondisi motorku. Aku merasa bersalah padanya. walau ia benda mati. Desmo telah banyak membuatku bangga menungganginya karna ia telah bersamaku bermanuver dibeberapa tikungan. Baik itu pengambil alihan posisi terhadap pengguna jalan lain, atau mempertahankan posisi disaat mempecundangi pengendara lain ditikungan. Kejadian pertarungan yang tak terencanakan seperti ini sering kutemui dijalanan. Aku sering menemukan pengguna jalan yang merasa tunggangan dia lebih kencang dan menggunakan jalanan bagaikan raja. Mereka berbuat semena mena,tanpa menghiraukan akibat dan resiko terhadap pengguna jalan lain. Aku sangat sering memberikan pelajaran terhadap orang seperti itu, Aku mengakui dan merasa, Tungganganku desmo tidak bisa dibanggakan akselerasinya, dan tidak mempunyai tarikan lagi untuk melawan para pelaku ugal ugalan tersebut. Walau kecepatan motor mereka jauh diatas kecepatan motorku, Aku merasa percaya diri dan yakin disaat kita  akan memasuki tikungan. Aku selalu bergumam dalam hati sebelum mempecundangi mereka ditikungan “GAK MENJAMIN MOTOR LOE APA,MAU SEKENCANG APAPUN LOE DIJALAN LURUS, TETAPI GUA KAN SELALU MENUNGGUMU PADA TIKUNGAN DIDEPAN,APAKAH MENTALMU SETARA DENGAN KEKUATAN MOTORMU DISAAT KAMU MELAKUKAN MANUVER DITIKUNGAN!!!”. Aku sangat bangga apabila masih bisa menguntit orang seperti itu dan menunggu timing yang pas apalagi disaat tuk mengambil alih posisi saat memasuki tikungan.  Aku berfikir bahwa anak bayi juga bisa diajari tuk kebut-kebutan dijalan lurus apabila mereka dikasih mampu diajari cara berkendara. Tetapi untuk masalah ditikungan, yang dibutuhkan bukan hanya keberanian, tetapi insting dan ketepatan timing dan ketepatan melakukan timing yang pas untuk melakukan cornering dan mengambil alih posisi  secara bersih tanpa membahayakan pengendara lain. Baik itu dari sisi dalam maupun luar tikungan. Suatu kebanggan tersendiri bagiku melakukan hal tersebut. Terkadang aku juga mempertahankan posisi ditikungan dari kejaran pengendara yang ugal ugalan dijalan. Hal tersebut patut kubanggakan. Bersama tungganganku Desmosedici yang terbilang lambat, aku bisa mengalahkan mereka yang mempunyai tunggangan jauh lebih bagus dari milikku ditikungan. Aku mengalahkan mereka dalam segi keberanian dan melakukan pengereman lebih lambat dari mereka disaat memasuki tikungan (late braking). Kedua kecelakaan malem itu, murni kesalahanku. Aku tidak menghiraukan larangan orang tuaku tuk tetap berada dirumah. Sejauh ini aku merasa kondisiku semakin hari semakin membaik, dengan support orang tua, saudara dan teman-temanku mereka membantu mengembalikan rasa percaya diriku lagi.Insiden tersebut merupakan suatu teguran yang ku terima dari yang maha kuasa. Aku banyak belajar pasca kecelakaan tersebut. Aku merasa beruntung dan berterima kasih yang mendalam terhadap tuhan yang masih memberikanku kesempatan tuk memperbaiki semua kesalahan dalam hidupku.Setelah kejadian itu aku dan temanku memperbaharui rancangan peta simulasi sirkuit. Awalnya,kita bakalan mencoba sirkuit tersebut yang terbilang menggunakan jalan umum dan pastinya kita lakukan dimalam hari. kita akan mempelajari beberapa titik rawan, titik pengereman pada saat sedang kondisi ramai dan aman, lalu titik pengereman disaat sedang battle head to head. dan pastinya titik pengereman paling akhir, dekat dengan tikungan. Mungkin saat ini aku harus menunda  niatku sampai semua keadaan balik kekondisi semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate